PINTAR VS BODOH


“jangan memulai pekerjaan dari yang ringan ataupun yang berat, jangan pula memulai pekerjaan dari yang kecil ataupun yang besar tetapi kerjakanlah sesuatu yang penting dahulu entah itu besar atau kecil, ringan atau berat, karena kita akan menyadari kekeliruan dan penyesalan kita suatu masa jika kita mengerjakakn sesuatu yang ringan atau berat, kecil atau besar , jika hal itu tidak penting, apa gunanya itu semua. tetapi sebaliknya kita akan menyadari hal yang membawa kehidupan kita lebih baik saat kita selalu mengerjakan hal yang penting , walaupun yang penting itu kecil ” (– Hendra Mawan –)


Dalam bukunya the winning Student , bapak ardiansyah dalam menanggapi  apakah ada mahasiswa yang bodoh  beliau berkata : “Sebenarnya mari kita kembali lagi putar roda perjalanan sekolah Anda. Mari bertanya dengan diri Anda masing-masing. Apa benar sih Anda itu memang siswa dan mahasiswa yang BODOH seperti yang Anda pikirkan dan dikatakan teman-teman Anda selama ini..?? Coba perhatikan teman-teman yang katanya pintar tersebut. Lihat apakah mereka juga makan nasi seperti Anda? Apakah mereka juga minum air putih, apakah mereka juga bermain, tidur dan juga sakit kalau dicubit? Kalau seluruh jawabannya YA, maka Anda juga pasti bisa seperti mereka! Namun apa sih sebenarnya yang membedakan Anda dengan mereka?
Sebenarnya jawabannya adalah pada sejauh mana Anda ingin BISA seperti mereka. Karena setiap ada keinginan dari diri Anda seperti mereka, maka akan ada konsekuensinya juga. Misalnya, Anda ingin bisa mendapat nilai A untuk satu mata kuliah tertentu. Maka untuk mendapatkan nilai A tersebut Anda diharuskan “membayar ongkosnya”. Berapa ongkosnya? Harganya adalah RAJIN. Ya, satu kata inilah yang saya sendiri telah membuktikannya dan berhasil. Saya pribadi berprinsip bahwa sebenarnya tidak ada mahasiswa yang pintar maupun bodoh. Yang ada hanyalah mahasiswa yang rajin atau malas.
Dari kutipan artikel diatas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa setiap manusia sebenarnya telah dibekali oleh Allah sebuah kemampuan yang sama, hanya saja bagaimana manusia itu mampu memanfaatkannya. Didalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Setiap anak yang lahir  dia terlahir atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi, seperti binatang ternak yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu melihat padanya telinga yang terpotong ?. [HR. Al-Bukhari juz 2, hal. 104]

Setiap anak yang lahir dimuka buni ini terlahir dalam keadaan yang sama, punya mata,telinga,tangan ,kaki,hidung,telinga, otak dan lain-lainnya. Dan secara naluriah setiap orang dalam keadaan fitrah(belum ternoda dan kesiapan dalam bertauhid), hingga kelak dia tumbuuh dengan semua yang telah Allah berikan kepadanya dia menjadi seseorang yang dia dan lingkungan sekitarnya lah yang menjadi penentunya. Dari itu kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa kita dan orang pintar mempunyai suatu bekal yang sama.  Lalu apa yang membadakan nya , hanya satu yaitu bagaimana usaha kita dalam menempuhnya. Saya teringat waktu sma garu saya pernah menasehati kepada siswanya beliau berkata: “kita bisa karena biasa, maka jangan membentuk kebisaan terlebih dahulu, karena pasti kamu akan sulit mencapainya, tapi bentuklah kebiasaan dulu maka kebisaan akan menyertainya “ . ya… prilaku kebiasaan inilah yang sangat sulit dipupuk setiap orang dalam mencapai sesuatu, kadang putus ditengah, kadang pula putus diakhir dan kadang sudah putus diawal. Memang sangat sulit untuk membentuk kebiasaan apalagi kebiasaan itu adalah sesuatu yang baik , hal itu membutuhkan perjuangan yang keras.
“Man jadda, wa jada”, (barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka  dia akan mendapatkan). Dan itu bukan bualan, karena inilah hukum alam yang sebenarnya. Adakah kita melihat orang yang tidak belajar menjadi pintar? atau seseorang yang bermalas-malasan tidak mau bekerja lalu menjadi kaya? Tidak mungkin, semua itu butuh perjuangan. Kita tidak bisa hanya duduk dan berpangku tangan lalu menunggu hasil dari langit. Tidak cukup hanya dengan menengadah ke langit lalu berkata “Ya Allah, aku ingin ini itu”. Dan tidak lama dari itu semua yang kita inginkan datang atau turun dari langit. Semua itu hanya isapan jempol belaka. Bahkan Allah SWT telah berfirman, “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu merubah nasibnya sendiri” (Al-Quran). Dan sebuah perubahan itu butuh sebuah perjuangan. Kita harus menyadari teman kita yang pintar , tidak mungkin mereka dapatkan dengan kemalasan, mereka sering membaca, sering mengerjakan tugas, sering bertanya hal-hal yang mereka belum ketahui, sering tidur larut malam untuk mempelajari sesuatu dan sering meluangkan waktu untuk belajar.
Maka kita tidak usah memandang teman kita yang pintar lalu menjadikan kita kecil, kerana sebenarnya kita juga bisa pintar, kita juga tidak usah iri dengan apa yang mereka dapatkan dengan kepintaran mereka karena pada hakekatnya mereka mendapatkannya dengan penuh perjuangan. Hal yang harus kita lakukan adalah meniru bagaimana mereka dapat menghasilkan semua itu walupun harus membayarnya dengan ketekunan.